Tahun baru selalu membawa harapan baru. Di tengah riuhnya resolusi pribadi dan proyeksi ekonomi nasional, satu isu yang senantiasa mengemuka adalah bagaimana negara mengelola sumber dayanya. Tidak ada yang lebih sentral dalam diskursus ini selain pajak.
Kita semua membayar pajak, baik secara langsung melalui penghasilan, maupun tidak langsung lewat konsumsi. Namun, apakah kita benar-benar memahami mengapa pajak begitu penting bagi kehidupan bernegara? Mengapa sistem perpajakan menjadi fondasi yang tak tergantikan dalam menopang layanan publik dan mewujudkan keadilan sosial?
Pajak bukan semata-mata instrumen fiskal, melainkan jembatan antara kebutuhan masyarakat dan kemampuan negara. Pajak merupakan instrumen utama negara memindahkan sumber daya dari sektor privat ke sektor publik.
Alternatif selain itu, misalnya mencetak uang dalam jumlah besar, telah terbukti secara historis hanya melahirkan bencana inflasi, seperti yang dikecam oleh Nicholas Oresme sejak abad ke-14. Milton Friedman dan Anna Schwartz bahkan menyebut praktik tersebut sebagai bentuk pajak terselubung, yaitu inflation tax (James & Nobes, 1996).
Alasannya tidak lain karena mencetak uang akan menggerus daya beli rakyat secara sistematis. Karena itu, sistem perpajakan menjadi fondasi utama dalam hal keberlanjutan keuangan negara.
Namun, mengapa tidak semua layanan diserahkan kepada pasar saja? Bukankah sektor privat lebih efisien? Ternyata tidak semua barang dan jasa dapat dipasok secara optimal oleh mekanisme pasar. Karenanya, peran penting pajak mulai terlihat secara lebih mendalam.
Adam Smith bahkan sejak 1776 telah menyadari pentingnya peran negara dalam menyediakan barang publik, terutama pertahanan dan penegakan hukum, yang mustahil diserahkan pada swasta karena sifatnya yang non-eksklusif dan non-rivalrous. Artinya, tidak mungkin seseorang dikecualikan dari manfaat barang tersebut meskipun ia tidak membayar, dan konsumsi oleh satu orang tidak mengurangi jatah orang lain.
Ilustrasinya, misal ada sebuah jembatan yang bisa dilalui semua orang. Tidak efisien jika setiap individu harus membayar setiap kali lewat, apalagi jika biaya pungutan itu lebih besar dari manfaat eksklusi. Dalam konteks ini, pajak hadir sebagai solusi atas kegagalan pasar, dengan menjadi sumber pembiayaan untuk barang-barang publik yang sifatnya kolektif dan universal.
Lebih lanjut, negara juga menggunakan pajak untuk mendukung barang dan jasa yang memiliki ‘nilai tambah sosial’, yang dikenal sebagai merit goods. Contohnya pendidikan, imunisasi, subsidi pangan, dan lainnya.
Barang-barang tersebut boleh jadi tidak mendapat porsi konsumsi optimal karena masyarakat tidak menyadari manfaat jangka panjangnya. Di sisi lain, pajak juga digunakan sebagai instrumen pengendalian konsumsi barang yang dianggap merugikan, seperti rokok dan alkohol, atau biasa disebut de-merit goods. Pajak bukan hanya soal uang, melainkan tentang pilihan-pilihan etis dan sosial.
Tidak berhenti sampai di situ, pajak juga menjadi instrumen untuk memperbaiki distribusi kekayaan. Pasar, jika dibiarkan berjalan sendiri, akan cenderung menciptakan kesenjangan karena penghasilan ditentukan oleh kepemilikan faktor produksi. Orang yang tidak memiliki tanah, modal, atau tenaga kerja yang bisa dijual akan tertinggal.
Sistem perpajakan yang progresif memungkinkan negara untuk menarik lebih banyak dari yang mampu, dan mendistribusikan kembali kepada yang membutuhkan. Skema tersebut bisa menunjukkan sesuatu yang bukan sebats angka di APBN, tapi bentuk nyata dari keadilan sosial.
Dalam konteks stabilitas ekonomi, perpajakan juga memainkan peran sentral. Ketika ekonomi lesu, pemerintah bisa menurunkan pajak untuk mendorong konsumsi dan investasi.
Sebaliknya, saat ekonomi terlalu panas dan inflasi mengancam, menaikkan pajak bisa menjadi cara untuk menenangkan pasar. Pajak, dalam hal ini, berperan sebagai alat pengendali siklus ekonomi.
Memasuki tahun yang baru, mari kita letakkan pajak dalam perspektif yang lebih luas. Ia bukan semata angka di SPT atau potongan di slip gaji, tapi bagian dari ikhtiar besar membangun peradaban.
Ketika pajak dikumpulkan secara adil dan digunakan secara bijak, maka kita tidak hanya menciptakan negara yang kuat namun juga masyarakat yang kokoh secara sosial.
Kita semua senantiasa berharap agar setiap rupiah yang kita bayarkan hari ini, akan kembali dalam bentuk jalan yang lebih baik, pendidikan yang lebih merata, layanan kesehatan yang lebih adil, dan masa depan yang lebih cerah.