Pemerintah Indonesia di era baru kepemerintahannya saat ini optimis untuk menjalankan visi Indonesia Emas 2045 dengan mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pemerintah memainkan peran penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai, yaitu 8% (per September 2024). Namun demikian, peran kebijakan pemerintah jauh lebih penting daripada belanja pemerintah. Saat ini, pengeluaran pemerintah masih sekitar 14,4% dari PDB, sehingga peningkatan signifikan dalam belanja pemerintah sekalipun tidak cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan.
Dengan kata lain, pemerintah perlu merumuskan kebijakan yang baik untuk menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif serta terarah. Tanpa peran swasta, pemerintah tidak mungkin dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%. Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan merata membutuhkan sinergi dari semua pihak, termasuk pihak swasta memberikan kontribusi yang sangat besar. Untuk itu, keterlibatan yang aktif, dan sinergis seluruh pihak sangat dibutuhkan guna mencapai pemerataan, stabilitas, dan pertumbuhan ekonomi yang optimal ke depan.
Efisiensi Ekonomi Indonesia Masih Perlu Ditingkatkan
Di tahun 2024, efisiensi ekonomi Indonesia masih menjadi tantangan. Salah satu indikator teknis untuk menilai efisiensi ekonomi adalah Incremental Capital Output Ratio (ICOR). ICOR merupakan parameter ekonomi makro yang menunjukkan perbandingan antara jumlah investasi dengan pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan, dihitung dengan rumus: ICOR = Investasi ÷ Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Semakin rendah nilai ICOR, semakin efisien investasi suatu negara.
Berdasarkan data Bank Dunia dan IMF, nilai ICOR Indonesia tercatat di angka 6,8, lebih tinggi dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia (5,4), India (4,9), Vietnam (4,8), dan Filipina (4,1). Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia membutuhkan investasi yang lebih besar untuk menghasilkan satu unit pertumbuhan ekonomi dibandingkan negara lain.
Selain itu, belanja dan penerimaan nasional Indonesia yang relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara lain turut menjadi tantangan dalam meningkatkan efisiensi ekonomi. Hal ini menunjukkan perlunya perbaikan dalam pengelolaan fiskal serta peningkatan kualitas dan efisiensi investasi untuk mendukung pertumbuhan yang lebih tinggi.
Tantangan Deindustrialisasi dan Strategi Kebijakan Industrialisasi
Menurut BPS, CEIC, dan BAPPENAS, data PDB manufaktur Indonesia terhadap PDB (%) dibandingkan Negara China, menunjukkan penurunan, yaitu hanya di ~18% di 2022. Angka tersebut masih jauh dibandingkan rerata di China yaitu di angka 30%. Sementara itu, data rasio investasi terhadap PDB (%) Indonesia menurun sampai dengan 27,6% di tahun 2022. Angka ini pun masih jauh dibandingkan rerata di China yaitu di angka 42-44%. Penurunan ini menunjukkan tren deindustrialisasi atau melemahnya peran sektor manufaktur dalam struktur perekonomian Indonesia.
Walaupun demikian, Indonesia tetap optimis menarget kontribusi manufaktur di angka 28%, yaitu hanya 2% sedikit 2% dibanding pencapaian Negara China di 2022. Pemerintah dalam hal ini akan meningkatkan ease of doing business untuk memudahkan investasi sektor industri. Selain itu, pemerintah akan meninjau kembali insentif di sektor manufaktur untuk meningkatkan gairah investasi. Membangun sistem pengembangan SDM sesuai dengan kebutuhan industri, melalui kerjasama perguruan tinggi dan pelaku usaha agar mengurangi shortage talenta yang menjadi salah satu tantangan utama dalam industrialisasi di masa depan.
Bagaimana Indonesia Dapat Mencapai Visi Indonesia Emas 2045?
Walaupun tantangan jelas di depan mata, Indonesia harus tetap optimis. Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, pertumbuhan ekonomi yang berkualitas harus diwujudkan melalui sinergi aktif, produktif, dan inovatif dari seluruh pihak. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat perlu berkolaborasi dalam menciptakan pemerataan, stabilitas, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Penguatan UMKM dan koperasi harus menjadi prioritas, mengingat peran strategisnya dalam meningkatkan daya saing, menciptakan lapangan kerja, dan menjaga stabilitas sosial ekonomi.
Selain itu, diversifikasi ekonomi sangat diperlukan untuk memperluas basis ekonomi, meningkatkan ketahanan terhadap guncangan eksternal, dan memperkuat daya saing Indonesia di pasar global. Dengan strategi tersebut, Indonesia dapat mengokohkan pijakannya menuju pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan mencapai visi menjadi Indonesia Emas.