Kontan | 27 Oktober 2021
Kementerian Keuangan Melaporkan Realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) periode Januari hingga September 2021 telah mencapai Rp 320,8 triliun. Jumlah itu setara 107,6% dari target yang ditetapkan. Ini artinya, realisasi PNBP sudah melampaui target tahun ini.
Direktur Eksekutif Pratama-Kreston Tax Research Institute (TRI) Prianto Budi Saptono memproyeksikan penerimaan PNBP di akhir tahun akan mencapai Rp 427,77 triliun. Jika dilihat lebih secara rinci, untuk Sumber Daya Alam (SDA) diproyeksikan akan mencapai Rp 129,20 triliun, dari Kekayaan Negara yang Dipisahkan (KND) akan mencapai Rp 39,32 triliun, PNBP lainnya mencapai Rp 135,61 triliun dan Kekayaan Negara yang Dipisahkan (KND) akan mencapai Rp 123,64 triliun.
Menurut Prianto, dampak dari kenaikan harga komoditas terhadap realisasi PNBP disebabkan oleh adanya kenaikan harga SDA seperti minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price, mineral, dan juga batubara.
Adapun, realisasi hingga September 2021 yaitu terdiri dari Sumber Daya Alam (SDA) realisasinya sebesar Rp 96,90 triliun atau yang setara dengan 30,20%, KND sebesar Rp 29,49 triliun yang setara dengan 9,19%, PNBP lainnya sebesar Rp 29,49 triliun atau yang setara dengan 9,19%, dan BLU sebesar Rp 92,73 triliun atau setara dengan 28,90%.
“Berdasarkan data realisasi tersebut, dampak kenaikan harga komoditas bagi realisasi PNBP sebesar 30,20%,” kata Prianto kepada Kontan.co.id, Rabu (27/10).
Dia mengatakan, prospek penerimaan PNBP sampai akhir 2021 akan tetap menjanjikan. Sebab kenaikan SDA migas secara signifikan ditopang oleh kenaikan realisasi ICP selama 10 bulan terakhir. Sementara, untuk porsi terbesar dari kenaikan SDA nonmigas, sumbernya berasal dari royalti minerba karena kenaikan harga komoditas minerba dunia, khususnya harga dan volume produksi batubara.
Prianto bilang, karena harga gas alam di Eropa tinggi, biaya Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTG) menjadi lebih mahal, sehingga bahan bakar alternatifnya beralih ke batubara. Selain itu, permintaan batubara dari Cina juga melonjak tajam.
Tercatat kenaikan Pendapatan SDA Nonmigas dari sektor kehutanan ditopang oleh peningkatan produksi kayu, penggunaan kawasan hutan, dan pembayaran piutang PNBP Penggunaan Kawasan Hutan (PKH).
PNBP SDA sektor panas bumi meningkat karena kenaikan Pendapatan Pengusahaan Panas Bumi berupa Setoran Bagian Pemerintah (SBP) yang diakibatkan oleh penurunan biaya operasi kegiatan pengusahaan panas bumi.
Selain itu, Prianto mengatakan realisasi PNBP dari Kekayaan Negara yang Dipisahkan (KND) ditopang juga oleh setoran dividen BUMN. Realisasi PNBP dari Lainnya disumbang yaitu, pendapatan dari Penjualan Hasil Tambang (PHT) Batubara berupa setoran dari kontraktor Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), pendapatan Minyak mentah (DMO).
Kemudian, Kementerian/Lembaga berupa pendapatan premium obligasi negara, pendapatan layanan spektrum frekuensi radio dan biaya hak penyelenggaraan telekomunikasi, pendapatan layanan pertanahan, layanan nikah di luar KUA, dan layanan STNK & BPKB.
Sementara, realisasi PNBP dari BLU berasal dari pendapatan pengelolaan dana perkebunan Kelapa Sawit karena kenaikan harga CPO dunia, layanan pendidikan, dan juga pendapatan jasa penyelenggaraan telekomunikasi.
Artikel ini telah tayang dilaman Kontan.co.id dengan link https://amp.kontan.co.id/news/pengamat-proyeksikan-realisasi-pnbp-di-akhir-tahun-2021-mencapai-rp-42777-triliun#amp_tf=From%20%251%24s&aoh=16356006346567&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com pada 27 Oktober 2021