Di tengah meningkatnya tekanan global terhadap praktik bisnis berkelanjutan, informasi keberlanjutan kini memegang peran sentral dalam pengambilan keputusan oleh investor, kreditor, dan pemangku kepentingan lainnya. Laporan keberlanjutan tidak lagi bersifat pelengkap, melainkan menjadi tolok ukur integritas dan tanggung jawab perusahaan. Namun, tanpa jaminan eksternal, laporan keberlanjutan berisiko kehilangan kredibilitas. Di sinilah pentingnya standar internasional seperti International Standard on Sustainability Assurance (ISSA) 5000, yang dirilis oleh International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) pada November 2024.
ISSA 5000 akan berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 15 Desember 2026, meskipun penerapan lebih awal diperbolehkan. Berbeda dengan pendahulunya, ISAE 3000, yang bersifat lebih umum dan telah diadopsi di Indonesia menjadi Standar Perikatan Asurans (SPA) 3000, ISSA 5000 dirancang khusus untuk merespons kompleksitas pelaporan keberlanjutan lintas sektor. Standar ini netral terhadap kerangka pelaporan dan dapat digunakan untuk menjamin informasi keberlanjutan berdasarkan IFRS S1 S2 maupun kerangka lainnya, selama kriteria yang digunakan dapat menghasilkan informasi yang relevan, lengkap, andal, netral, dan mudah dipahami.
Standar ini menjadi panduan global dalam melakukan penugasan jaminan (assurance) atas informasi keberlanjutan, baik melalui pendekatan limited assurance maupun reasonable assurance. Perbedaan tingkat jaminan penting untuk dipahami. Jaminan wajar (reasonable assurance) memberikan tingkat keyakinan yang tinggi bahwa laporan bebas dari salah saji material, sedangkan jaminan terbatas (limited assurance) memberikan keyakinan yang lebih rendah tetapi tetap signifikan bagi pengguna laporan. Banyak yurisdiksi memulai dengan jaminan terbatas sebelum secara bertahap meningkatkan ke jaminan wajar.
Peran Strategis IAPI
Di Indonesia, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) diusulkan sebagai standard setter yang menyusun standar asurans laporan keberlanjutan, sejalan dengan peran historisnya dalam mengadopsi ISAE 3000 menjadi SPA 3000. Usulan ini tercermin dalam dokumen Peta Jalan SPK IAI yang dirilis pada Desember 2024, yang menegaskan pentingnya sinergi antara IAPI, IAI, dan regulator untuk memastikan kesiapan ekosistem laporan keberlanjutan.
Dengan adopsi ISSA 5000 oleh IAPI, Indonesia dapat membangun kerangka assurance yang konsisten dengan praktik global sekaligus relevan dengan karakteristik nasional. Hal ini penting mengingat keputusan untuk mewajibkan jaminan atas laporan keberlanjutan, baik terbatas maupun wajar merupakan kewenangan masing-masing yurisdiksi. Meskipun saat ini jaminan keberlanjutan belum bersifat wajib di Indonesia, dorongan pasar sudah mulai terasa. Banyak entitas, menghadapi tekanan dari investor global untuk memberikan bukti valid atas klaim keberlanjutannya. Dalam konteks inilah ISSA 5000 menjadi relevan bukan hanya sebagai pedoman teknis, tetapi juga sebagai instrumen strategis untuk membangun kepercayaan dan reputasi.
ISSA 5000 dapat diterapkan lintas sektor dan untuk beberapa jenis entitas, dari perusahaan terbuka hingga entitas skala menengah. Jika diadopsi dan didukung oleh kebijakan yang tepat, standar ini akan menjadi landasan penting dalam memperkuat akuntabilitas keberlanjutan dan mempercepat transformasi ekonomi nasional menuju arah yang lebih hijau, inklusif, dan bertanggung jawab.
Menyongsong Standar Global
Para pemangku kepentingan di Indonesia baik regulator, profesi, maupun pelaku usaha perlu segera menyusun strategi bersama menyongsong implementasi ISSA 5000. Pemerintah dan otoritas keuangan dapat mulai merumuskan arah kebijakan dan regulasi yang mendorong jaminan keberlanjutan, minimal dalam bentuk roadmap transisi. Sementara itu, IAPI bersama komunitas profesi harus mempercepat proses adopsi, pelatihan, dan pembentukan kapasitas praktisi penjaminan. Dunia usaha juga dituntut untuk meningkatkan kesiapan sistem pelaporan internal serta memahami perbedaan antara jaminan terbatas dan wajar.
ISSA 5000 bukan hanya sekadar standar teknis, melainkan sebuah pilar penting dalam membangun kepercayaan global terhadap informasi keberlanjutan. Indonesia harus segera mengambil langkah strategis untuk memastikan kesiapan ekosistem pelaporan dan jaminan keberlanjutan yang kredibel, guna menghadapi tantangan pasar global yang semakin menuntut transparansi dan akuntabilitas. Dengan mengadopsi standar ini, Indonesia tidak hanya akan memperkuat posisi bisnis domestik di tingkat internasional, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya ekonomi yang lebih berkelanjutan dan dapat dipercaya oleh semua pemangku kepentingan.
Penulis:
Intan Pratiwi
Accounting Policy Analyst di Pratama Institute for Fiscal & Governance Studies