Banyak orang beranggapan bahwa penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) hanya bisa dilakukan oleh perusahaan besar dengan anggaran besar, strategi yang rumit, program yang kompleks, dan dalam jangka panjang. Pandangan ini membuat banyak organisasi ragu untuk memulai, karena merasa belum siap secara finansial, teknologi, atau sumber daya manusia.
Padahal faktanya, suatu perusahaan dapat memulai penerapan ESG dari hal kecil dan sederhana. Perubahan yang terlihat kecil di permukaan, jika dilakukan bersama-sama dan konsisten, dapat membentuk budaya keberlanjutan yang kuat. ESG bukan hanya urusan direksi atau tim khusus keberlanjutan, melainkan tanggung jawab seluruh anggota perusahaan.
Kunci dari memulai ESG adalah memulai dari apa yang paling dekat, paling realistis, dan paling mungkin dilakukan. Inilah mengapa langkah-langkah sederhana di lingkungan kerja dapat menjadi pondasi yang kokoh sebelum perusahaan beranjak ke program yang lebih kompleks. Selain itu, hal-hal kecil biasanya akan lebih mudah dilakukan dan diharapkan adanya self-awareness terhadap lingkungan yang timbul dari masing-masing individu karyawan.
Kebiasaan Sederhana yang Menjadi Awal Perubahan
Salah satu contoh nyata untuk memulai penerapan ESG di lingkungan kerja adalah ajakan untuk menggunakan tumbler pribadi. Awalnya, pesan ini dapat dipasang dalam bentuk poster di area pantry. Tidak ada aturan tertulis, tidak ada insentif finansial, bahkan tidak ada pengawasan. Namun lambat laun, karyawan mulai membawa botol minum masing-masing. Tumbler warna-warni muncul di meja kerja, memunculkan obrolan santai seputar desain dan fungsi.
Dampaknya sangat terasa. Dari sisi lingkungan, penggunaan gelas plastik sekali pakai berkurang drastis. Jika sebelumnya setiap karyawan bisa menggunakan 2–3 gelas plastik per hari, kini jumlah itu menurun hampir 80 persen. Dari sisi sosial, tercipta rasa kebersamaan dan kebanggaan karena turut berkontribusi pada tujuan perusahaan yang lebih besar. Selain itu, pembiasaan menggunakan tumbler pribadi dapat memacu kesadaran diri untuk self-service, dalam hal, setiap karyawan secara mandiri mengisi tumbler masing-masing dan tidak selalu bergantung pada pramukantor atau helper.
Kebiasaan lain yang segera dapat dimulai adalah mematikan AC dan lampu setelah jam kerja. Awalnya hanya dilakukan oleh beberapa orang yang sadar hemat energi, tetapi kemudian menjadi kebiasaan kolektif dalam suatu tim atau divisi. Beberapa tim dapat membuat pengingat visual berupa stiker kecil di dekat sakelar, sementara yang lain memanfaatkan grup pesan singkat untuk mengingatkan rekan kerja menjelang waktu pulang. Karyawan yang terakhir meninggalkan ruangan saat pulang kerja diharapkan kesadaran untuk mematikan lampu.
Dengan melakukan rutinitas mematikan lampu ini, sekitar 6 bulan kemudian, perusahaan dapat mencatat penurunan konsumsi energi hingga sekian persen. Dampak ini bukan hanya dapat menghemat biaya operasional, tetapi juga tentunya berkontribusi pada pengurangan emisi karbon. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa kebiasaan kecil yang dilakukan konsisten mampu menghasilkan hasil nyata yang dapat diukur.
Menghubungkan Langkah Kecil dengan ESG
Dari kedua contoh penerapan sederhana tersebut, suatu perusahaan mampu menyentuh tiga pilar ESG, yaitu:
- Environmental: terlihat dari penurunan limbah plastik dan penghematan energi.
- Social: tercermin dari keterlibatan karyawan dan terciptanya budaya kerja yang saling mendukung.
- Governance: muncul melalui kebijakan internal yang mendukung efisiensi energi dan pengelolaan sumber daya secara bertanggung jawab.
Penerapan ESG yang seperti ini memiliki keunggulan. Pertama, biayanya rendah karena memanfaatkan kebiasaan yang sudah bisa dilakukan sehari-hari. Kedua, dampaknya cepat terlihat, baik dari sisi lingkungan maupun budaya kerja. Ketiga, partisipasi karyawan lebih tinggi karena mereka merasa menjadi bagian dari perubahan, bukan hanya penerima instruksi.
Dapat Diungkapkan dalam Laporan Keberlanjutan
Salah satu tantangan perusahaan adalah bagaimana mendokumentasikan inisiatif kecil tadi agar tetap bernilai dalam sustainability report. Sering kali laporan keberlanjutan berisi data besar, angka emisi, atau proyek infrastruktur hijau. Padahal, inisiatif kecil yang melibatkan banyak orang bisa memberikan cerita yang lebih membumi dan menyentuh seperti dua kegiatan tersebut.
Contoh pengungkapan yang dapat dimasukkan dalam sebuah laporan adalah sebagai berikut:
Pada tahun 2024, perusahaan berhasil mengurangi penggunaan 23.450 unit gelas plastik sekali pakai melalui kampanye penggunaan tumbler yang dijalankan secara sukarela. Tingkat partisipasi karyawan mencapai 87 persen tanpa insentif material. Inisiatif ini berdampak pada lingkungan sekaligus memperkuat budaya kolaboratif di tempat kerja.
Melalui kebiasaan mematikan AC dan lampu setelah jam kerja, konsumsi energi turun sebesar 12 persen dalam enam bulan. Inisiatif ini muncul dari inisiatif karyawan dan berkembang menjadi kebiasaan lintas departemen/divisi. Aktivitas ini tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga memperlihatkan keterlibatan langsung seluruh tim dalam penerapan ESG secara konsisten dan sukarela.
Pengungkapan ini dapat diletakkan di bagian Environmental dan Social pada laporan keberlanjutan, dilengkapi dengan data dukungan, testimoni karyawan, atau foto kegiatan. Dengan demikian, laporan keberlanjutan tidak hanya menampilkan data teknis, tetapi juga narasi yang menunjukkan bahwa ESG benar-benar menjadi bagian dari identitas perusahaan.
Hal Kecil Penting untuk Memulai Hal Besar
Memulai ESG dari hal kecil seperti kedua contoh tadi memberi beberapa keuntungan. Pertama, mempermudah adaptasi karyawan terhadap nilai-nilai keberlanjutan. Kedua, membuktikan kepada seluruh pemangku kepentingan bahwa komitmen perusahaan tidak sekadar slogan. Ketiga, menciptakan momentum yang akan memudahkan transisi ke proyek ESG yang lebih besar di masa depan.
Seperti pepatah yang mengatakan bahwa ribuan langkah besar dimulai dari satu langkah kecil, penerapan ESG pun demikian. Perusahaan tidak harus menunggu waktu, anggaran, atau teknologi yang sempurna. Yang dibutuhkan hanyalah kemauan untuk memulai, konsistensi untuk menjaga, dan komitmen untuk terus berkembang secara konsisten.
Informasi Jasa Pratama Institute
Penerapan ESG dilaporkan dalam laporan keberlanjutan perusahaan yang wajib dibuat setiap tahunnya. Jika Anda ingin memastikan laporan keberlanjutan perusahaan Anda disusun secara profesional dan menarik, kami di Pratama Institute hadir untuk membantu Anda. Dengan pengalaman dan keahlian dalam penyusunan laporan tahunan dan/atau laporan keberlanjutan yang sesuai dengan standar terbaik, kami menghadirkan dokumen yang informatif sehingga bisa mencerminkan identitas perusahaan Anda. Hubungi kami untuk solusi laporan keberlanjutan yang ciamik!