Pratama-Kreston Tax Research Center
No Result
View All Result
Selasa, 1 Juli 2025
  • Login
  • Konsultasi
  • ESG
  • Insight
    • Buletin
    • In-depth
    • Working Paper
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
    • Infografik
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Liputan Media
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
      • Survei Objek Pajak Daerah
      • Survey Efektivitas Penyuluhan Pajak Daerah
      • Survei Kepuasan Masyarakat
    • Konsultasi Pajak Komprehensif
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami
  • INDONESIA
Pratama-Kreston Tax Research Center
  • Konsultasi
  • ESG
  • Insight
    • Buletin
    • In-depth
    • Working Paper
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
    • Infografik
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Liputan Media
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
      • Survei Objek Pajak Daerah
      • Survey Efektivitas Penyuluhan Pajak Daerah
      • Survei Kepuasan Masyarakat
    • Konsultasi Pajak Komprehensif
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami
  • INDONESIA
Pratama-Kreston Tax Research Institute
No Result
View All Result

Dua Sektor Ini Dinilai Masih Perlu Mendapat Insentif Pajak Tahun Depan

Pratama IndomitrabyPratama Indomitra
27 Juni 2024
in Liputan Media
Reading Time: 2 mins read
129 4
A A
0
2 sektor butuh insentif pajak tahun depan
153
SHARES
1.9k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Kontan | 07 Juni 2024

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Belanja perpajakan atau tax expenditure merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang sering digulirkan ketika perekonomian sedang sulit atau sedang tidak baik-baik saja.

Direktur Eksekutif Pratama-Kreston Tax Research Institute Prianto Budi Saptono mengatakan, tujuan dari belanja perpajakan ialah untuk menjaga kondisi ekonomi resilience atau kemampuan untuk bertahan secara ekonomi ketika ekonomi sulit.

“Contoh empiriknya adalah kebijakan pajak ditanggung pemerintah (DTP). Ada PPh (Pajak Penghasilan) DTP, PPN (Pajak Pertambahan Nilai DTP, dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) DTP,” kata Prianto kepada Kontan, Kamis (6/6).

Prianto berpendapat, sektor prioritas insentif pajak DTP di tahun depan masih untuk sektor properti dan kendaraan listrik. Pasalnya, kondisi ekonomi di tahun depan tidak terlepas dari kondisi serupa di 2024.

“Jadi kedua sektor ini sepertinya juga masih perlu mendapatkan insentif pajak,” ucapnya.

Ia juga menyampaikan bahwa kedua sektor tersebut memiliki karakteristik berbeda. Sektor properti misalnya, berkaitan dengan daya beli masyarakat terhadap properti yang cenderung tidak meningkat karena masyarakat masih wait and see setelah Pemilihan Presiden.

“Agar kondisi sektor properti tidak memburuk karena minat beli masyarakat tertahan, maka insentif PPN DTP diperlukan,” ujarnya.

Kemudian, sektor industri kendaraan listrik masih perlu mendapatkan insentif jika pemerintah tetap ingin mempercepat peralihan kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik.

“Untuk itu, daya tarik bebas pajak berupa pajak DTP tetap masih perlu dipertahankan,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia juga menerangkan bahwa mekanisme tax expenditure berupa pajak DTP itu berasal dari anggaran belanja di APBN.

“Dengan kata lain, untuk contoh pajak DTP tersebut pada dasarnya masyarakat tetap membayar pajak senilai pajak DTP. Perbedaannya terletak di sumber dana untuk bayar pajak,” jelasnya.

Jika tidak ada fasilitas pajak DTP, sumber dana untuk bayar pajak berasal dari kantong masyarakat selaku Wajib Pajak sendiri. Bila ada fasilitas pajak DTP, sumber dana untuk bayar pajak berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia di sisi pengeluaran.

“Jadi, target penerimaan pajaknya tidak akan terpengaruh oleh tax expenditure policy,” tutupnya.

Sebagai tambahan informasi, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan nilai belanja perpajakan pada tahun 2025 mencapai Rp 421,82 triliun. Nilai belanja perpajakan tersebut meningkat dibandingkan tahun ini yang mencapai Rp 374,53 triliun.

Adapun porsi terbesar ditujukan untuk belanja perpajakan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan barang mewah (PPN & PPnBM) sebesar Rp 262,3 triliun, atau meningkat dari tahun ini sebesar Rp 228,1 triliun.

 

Artikel ini telah tayang di laman Kontan dengan judul “Dua Sektor Ini Dinilai Masih Perlu Mendapat Insentif Pajak Tahun Depan” pada 7 Juni 2024, melalui tautan berikut:
https://nasional.kontan.co.id/news/dua-sektor-ini-dinilai-masih-perlu-mendapat-insentif-pajak-tahun-depan#:~:text=Direktur%20Eksekutif%20Pratama%2DKreston%20Tax,secara%20ekonomi%20ketika%20ekonomi%20sulit. 

Tags: ppn dtp
Share61Tweet38Send
Previous Post

Annual Report sebagai Sarana Mengekspos Nilai Perusahaan

Next Post

Perpres No. 63/2024 tentang Tax Treaty

Pratama Indomitra

Pratama Indomitra

Related Posts

Zakat dan Pajak
Liputan Media

Harmoni zakat dan pajak dalam spirit Ramadhan

18 Maret 2025
Pelaporan SPT
Liputan Media

Lonjakan Lapor SPT: Tren Positif atau Kepatuhan Semu?

14 Maret 2025
Danantara
Liputan Media

Danantara dan Mimpi yang Tertunda

5 Maret 2025
Tax Buoyancy
Liputan Media

Pelemahan Daya Respons Penerimaan Pajak

19 Februari 2025
Image by freepik
Liputan Media

Skandal eFishery, Cermin Buram Tata Kelola Perusahaan

17 Februari 2025
Tata kelola Perusahaan
Liputan Media

Revisi Undang-Undang BUMN: Langkah Maju atau Tantangan Baru?

7 Februari 2025
Next Post
dampak perpres nomor 63 tahun 2024 terhadap tax treaty

Perpres No. 63/2024 tentang Tax Treaty

PKP yang kebingungan

Bijakkah Menurunkan Batas PKP?

Apakah Jasa Konstruksi Selalu Dikenakan PPh Final

Apakah Jasa Konstruksi Selalu Dikenakan PPh Final?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Instansi Anda memerlukan jasa berupa kajian kebijakan fiskal, pajak dan retribusi daerah, penyusunan naskah akademik, ataupun jasa survei?

Atau, Perusahaan Anda membutuhkan pendampingan dalam menyusun Laporan Tahunan (Annual Report) atau Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report)?

Konsultasikan kepada ahlinya!

MULAI KONSULTASI

Popular News

  • Jika Suami Tidak Berpenghasilan, Berapa Besarnya PTKP Istri?

    1471 shares
    Share 588 Tweet 368
  • Batas Waktu Pengkreditan Bukti Potong PPh Pasal 23

    966 shares
    Share 386 Tweet 242
  • Apakah Jasa Angkutan Umum Berplat Kuning Dikenai PPN?

    937 shares
    Share 375 Tweet 234
  • Apakah Pembelian Domain Website dikenakan PPh Pasal 23?

    788 shares
    Share 315 Tweet 197
  • Iuran BPJS dikenakan PPh Pasal 21?

    744 shares
    Share 298 Tweet 186
Copyright © 2025 PT Pratama Indomitra Konsultan

Pratama Institute

Logo Pratama Indomitra
  • Antam Office Tower B Lt 8 Jl. TB Simatupang No. 1 Jakarta Selatan Indonesia 12530
  • Phone : (021) 2963 4945
  • [email protected]
  • pratamaindomitra.co.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Konsultasi
  • ESG
  • Insight
    • Buletin
    • In-depth
    • Working Paper
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
    • Infografik
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Liputan Media
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
    • Konsultasi Pajak Komprehensif
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami

© 2025 Pratama Institute - All Rights Reserved.