Pratama-Kreston Tax Research Center
No Result
View All Result
Minggu, 3 Agustus 2025
  • Login
  • Konsultasi
  • ESG
  • Insight
    • Buletin
    • In-depth
    • Working Paper
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
    • Infografik
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Liputan Media
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
      • Survei Objek Pajak Daerah
      • Survey Efektivitas Penyuluhan Pajak Daerah
      • Survei Kepuasan Masyarakat
    • Konsultasi Pajak Komprehensif
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami
  • INDONESIA
Pratama-Kreston Tax Research Center
  • Konsultasi
  • ESG
  • Insight
    • Buletin
    • In-depth
    • Working Paper
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
    • Infografik
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Liputan Media
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
      • Survei Objek Pajak Daerah
      • Survey Efektivitas Penyuluhan Pajak Daerah
      • Survei Kepuasan Masyarakat
    • Konsultasi Pajak Komprehensif
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami
  • INDONESIA
Pratama-Kreston Tax Research Institute
No Result
View All Result

Ketentuan Material Pengkreditan Pajak Masukan

156
SHARES
2k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

PERTANYAAN

Perkenalkan saya Jefri. Perusahaan kami menggunakan jasa pihak ketiga (contoh: TNT) untuk melakukan impor. Kemudian, pihak TNT mengirimkan invoice dengan rincian pembayaran jasa beserta PPh Impor dan PPN. Akan tetapi, pada billing DJBC yang tercetak menggunakan NPWP TNT. Apakah PPh Impor dan PPN tersebut bisa dikreditkan atas nama perusahaan kami, sebagai pengguna jasa?

  • Jefri
Picture of Muhammad Akbar Aditama

Muhammad Akbar Aditama

Tax Policy Analyst Pratama-Kreston Tax Research Institute
PERNYATAAN PENYANGKALAN
Seluruh data dan informasi yang disediakan di dalam Konsultasi tri.pratamaindomitra.co.id bersifat umum dan disediakan untuk tujuan pendidikan saja. Dengan demikian, data dan informasi yang disediakan tidak dapat dianggap sebagai suatu nasihat dari konsultan pajak.
Baca Disclaimer
DISCLAIMER

Ringkasan Jawaban:

Terima kasih Pak Jefri atas pertanyaannya. Sesuai dengan ketentuan tata cara pembuatan bukti pemungutan sesuai Pasal 4 ayat (2) PER-24/2021, seharusnya NPWP yang dicantumkan dalam billing DJBC adalah NPWP perusahaan Bapak Jefri. Sedangkan, ekspedisi TNT mencantumkan NPWP perusahaan TNT dalam billing DJBC, mengakibatkan Bapak Jefri tidak dapat mengkreditkan PPh atas impor barang. Selanjutnya, merujuk pada Pasal 9 ayat (8) UU PPN, Pajak Masukan di Faktur Pajak dapat dikreditkan sepanjang memenuhi ketentuan formal dan material. Dengan demikian, pihak yang dapat mengkreditkan Pajak Masukan harus menggunakan Faktur Pajak yang namanya tercantum sebagai pembeli BKP/ Pengguna JKP. 

Pembahasan Lengkap:

Terima kasih Pak Jefri atas pertanyaan yang diajukan. Pengaturan tentang pengkreditan atas Pajak Penghasilan (PPh) yang telah dibayarkan berguna untuk mengurangi PPh terutang Wajib Pajak (WP) sebagaimana diatur dalam Pasal 20 Undang-undang No. 36 Tahun 2008 (UU PPh) s.t.d.t.d. Undang-undang No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), sebagai berikut:

KontenTerkait

Pajak

Apa Kewajiban Perpajakan Bagi Wajib Pajak di Sektor Jasa

29 Juli 2025
Pajak Marketplace

Bagaimana mengkredit PPh pasal 22 pajak marketplace?

16 Juli 2025

“Pasal 20

(1) Pajak yang diperkirakan akan terutang dalam suatu tahun pajak, dilunasi oleh Wajib Pajak dalam tahun pajak berjalan melalui pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain, serta pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri.

(2) …

(3) Pelunasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan angsuran pajak yang boleh dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final” (Pasal 20 UU PPh s.t.d.t.d. UU HPP)

Merujuk pada Pasal 20 ayat (1) dan (3), pelunasan PPh terutang yang telah dipotong/pungut oleh pihak lain dapat menjadi pengurang dalam menghitung PPh Badan terutang di tahun pajak yang sama. Ketentuan tentang PPh yang dipotong/pungut oleh pihak lain, diatur lebih lanjut dalam Pasal 20 PP-94/2010, sebagai berikut:

“Pasal 20

Pajak Penghasilan yang dipotong atau dipungut berdasarkan tarif pemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (5a), Pasal 22 ayat (3), dan Pasal 23 ayat (1a) Undang-Undang Pajak Penghasilan, dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan setelah Wajib Pajak tersebut memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.” (Pasal 20 PP-94/2010)

Namun, pada billing DJBC yang diterbitkan mencantumkan NPWP TNT (pihak ketiga) tidak sesuai dengan ketentuan tata cara pembuatan bukti pemungutan PPh. Merujuk pada Pasal 4 ayat (2) PER-24/2021, bukti pemungutan paling sedikit memuat salah satunya identitas pihak yang dipungut, penjelasan sebagai berikut:

“Pasal 4

Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Berformat Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

(1) nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi;

(2) jenis pemotongan/pemungutan PPh;

(3) identitas pihak yang dipotong/dipungut berupa:

  1. NPWP, Nomor Induk Kependudukan, dan/atau Tax Identification Number, dan
  2. nama;

(4) ……..” (Pasal 4 ayat (2) PER-24/2021).

Sesuai dengan ketentuan tata cara pembuatan bukti pemungutan sesuai Pasal 4 ayat (2) PER-24/2021, seharusnya NPWP yang dicantumkan dalam billing DJBC adalah NPWP perusahaan Bapak Jefri. Sedangkan, ekspedisi TNT mencantumkan NPWP perusahaan TNT dalam billing DJBC, mengakibatkan Bapak Jefri tidak dapat mengkreditkan PPh atas impor barang.

Terkait dengan Faktur Pajak, jika pihak penerima Faktur Pajak berniat untuk mengkreditkan pajak masukan atas kegiatan impor Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP), maka penerbitan Faktur Pajak harus memenuhi ketentuan formal dan material Faktur Pajak. Ketentuan material dan formal Faktur Pajak sebagai syarat pengkreditan pajak masukan, diatur pada Pasal 9 ayat (2b) dan Pasal 13 ayat (5) Undang-undang No. tentang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) s.t.d.t.d. UU HPP, sebagai berikut: 

“Pasal 9

(2b) Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9).” (Pasal 9 UU PPN s.t.d.t.d. UU HPP)

“Pasal 13

(5)  Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:

  • Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
  • Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
  • Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
  • Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
  • Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
  • Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
  • Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. (Pasal 13 UU PPN s.t.d.t.d UU HPP)

Berdasarkan ketentuan di atas, sepanjang penerbitan Faktur Pajak telah memenuhi ketentuan formal sesuai dengan Pasal 13 ayat (5) UU PPN, maka Pajak Masukan yang telah dibayarkan dapat dikreditkan oleh pihak yang menerima Faktur Pajak. Akan tetapi, pada kondisi yang dialami oleh Bapak Jefri, nama dan NPWP yang tercantum dalam Faktur Pajak adalah pihak TNT sebagai pihak ketiga, maka TNT adalah pihak yang berhak mengkreditkan pajak atas impor BKP atau JKP. 

Perusahaan bapak tidak dapat mengkreditkan pajak masukan atas impor BKP/JKP karena nama dan NPWP yang tercantum di dalam dokumen terkait berbeda. Ketentuan ini sesuai dengan Pasal 9 ayat (8) UU PPN s.t.d.t.d. UU HPP, sebagai berikut:

“Pasal 9 ayat (8)

(8) Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat

diberlakukan bagi pengeluaran untuk: ****)

  1. …
  2. ….
  3. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
  4. …” (Pasal 9 ayat (8) UU PPN s.t.d.t.d. UU HPP)

Selanjutnya, jika perusahaan Bapak Jefri sebagai pengguna jasa TNT ingin mengkreditkan PPh 22 impor dan PPN dari kegiatan impor BKP/JKP, penjual harus menerbitkan Faktur Pajak ulang agar mencantumkan nama dan NPWP perusahaan Bapak sebagai identitas pihak pengguna/pembeli. 

Demikian jawaban yang dapat kami berikan. Semoga dapat menjawab dengan jelas pertanyaan Bapak Jefri.

Terima kasih.

author avatar
Muhammad Akbar Aditama
Tax Policy Analyst Pratama-Kreston Tax Research Institute
See Full Bio
Tags: Impor BKP dan JKPPajak MasukanPPN
Share62Tweet39Send

DISCLAIMER

Seluruh data dan informasi yang disediakan di dalam Konsultasi pratamainstitute.com bersifat umum dan disediakan untuk tujuan pendidikan saja. Dengan demikian, data dan informasi yang disediakan tidak dapat dianggap sebagai suatu nasihat dari konsultan pajak.

Previous Post

Tagihan Jasa Processing Billing dari Luar Negeri: Apakah Dipotong PPh Pasal 26?

Next Post

Habis PP Terbitlah PMK : Perlakuan Pajak atas Natura dan/atau Kenikmatan

Related Posts

Pajak
Konsultasi

Apa Kewajiban Perpajakan Bagi Wajib Pajak di Sektor Jasa

5 hari ago
Pajak Marketplace
Konsultasi

Bagaimana mengkredit PPh pasal 22 pajak marketplace?

3 minggu ago
NPWP Suami Istri
Konsultasi

Suami-Istri Wajib Gabung NPWP?

3 minggu ago
Image by freepik
Konsultasi

Apakah hibah milik pendiri yayasan termasuk objek pajak?

2 bulan ago
ESG
Konsultasi

Bagaimana Menyusun Sustainability Report Dengan Standar GRI?

3 bulan ago
Jasa konstruksi
Konsultasi

Apakah Jasa Instalasi dan Bangunan dari Perseorangan Selalu Dikenakan PPh Pasal 23?

4 bulan ago

BACA JUGA

Ilustrasi ESG

Menjadikan ESG Pilar Strategi, Bukan Sekadar Formalitas

1 Agustus 2025
Pengembangan indikator keberlanjutan peternakan di Boyolali

Pengembangan Indikator Keberlanjutan Menggunakan Metode Delphi: Studi Kasus Peternakan Sapi Perah di Boyolali

1 Agustus 2025

Memahami PSPK 1 untuk Laporan Keberlanjutan

Apa Kewajiban Perpajakan Bagi Wajib Pajak di Sektor Jasa

Membangun Keseimbangan Hak dan Kewajiban Melalui Taxpayers’ Charter

Membongkar Mitos ESG

Apakah Sertifikasi ESG Menambah Nilai Perusahaan?

ESG sebagai Strategi Nilai Jangka Panjang

Tren Implementasi Laporan Keberlanjutan

Transisi dari ISAE 3000 ke ISSA 5000

Dua Konsultan Pajak PT Pratama Indomitra Konsultan Raih Juara Pertama dan Ketiga Pada Lomba Penyusunan Tax Opinion/Tax Memorandum Tingkat Nasional

Standar Pengungkapan Keberlanjutan Resmi Terbit

Penanganan Penurunan Nilai Aset Tetap Sesuai PSAK

Bagaimana mengkredit PPh pasal 22 pajak marketplace?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Picture of Muhammad Akbar Aditama

Muhammad Akbar Aditama

Tax Policy Analyst Pratama-Kreston Tax Research Institute

Instansi Anda memerlukan jasa berupa kajian kebijakan fiskal, pajak dan retribusi daerah, penyusunan naskah akademik, ataupun jasa survei?

Atau, Perusahaan Anda membutuhkan pendampingan dalam menyusun Laporan Tahunan (Annual Report) atau Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report)?

Konsultasikan kepada ahlinya!

MULAI KONSULTASI

Popular News

  • Jika Suami Tidak Berpenghasilan, Berapa Besarnya PTKP Istri?

    1477 shares
    Share 591 Tweet 369
  • Batas Waktu Pengkreditan Bukti Potong PPh Pasal 23

    999 shares
    Share 400 Tweet 250
  • Apakah Jasa Angkutan Umum Berplat Kuning Dikenai PPN?

    955 shares
    Share 382 Tweet 239
  • Apakah Pembelian Domain Website dikenakan PPh Pasal 23?

    812 shares
    Share 325 Tweet 203
  • Iuran BPJS dikenakan PPh Pasal 21?

    769 shares
    Share 308 Tweet 192
Next Post
natura

Habis PP Terbitlah PMK : Perlakuan Pajak atas Natura dan/atau Kenikmatan

Copyright © 2025 PT Pratama Indomitra Konsultan

Pratama Institute

Logo Pratama Indomitra
  • Antam Office Tower B Lt 8 Jl. TB Simatupang No. 1 Jakarta Selatan Indonesia 12530
  • Phone : (021) 2963 4945
  • [email protected]
  • pratamaindomitra.co.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Konsultasi
  • ESG
  • Insight
    • Buletin
    • In-depth
    • Working Paper
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
    • Infografik
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Liputan Media
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
    • Konsultasi Pajak Komprehensif
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami

© 2025 Pratama Institute - All Rights Reserved.

  • Pernyataan Penyangkalan / Disclaimer

Seluruh data dan informasi yang disediakan di dalam Konsultasi tri.pratamaindomitra.co.id bersifat umum dan disediakan untuk tujuan pendidikan saja. Dengan demikian, data dan informasi yang disediakan tidak dapat dianggap sebagai suatu nasihat dari konsultan pajak.

Pada dasarnya Konsultasi tri.pratamaindomitra.co.id tidak menyediakan informasi yang bersifat rahasia dan hubungan klien – konsultan pajak tidak terjadi. Untuk suatu nasihat yang dapat diterapkan pada kasus yang Anda hadapi, Anda dapat menghubungi seorang konsultan pajak yang kompeten.

Konsultasi tri.pratamaindomitra.co.id tidak dapat digugat maupun dituntut atas segala pernyataan, kekeliruan, ketidaktepatan atau kekurangan dalam setiap konten yang disampaikan dalam Konsultasi tri.pratamaindomitra.co.id.

Konsultasi tri.pratamaindomitra.co.id berhak sepenuhnya mengubah judul dan/atau isi pertanyaan tanpa mengubah substansi dari hal-hal yang ditanyakan.

Artikel jawaban tertentu dari Konsultasi tri.pratamaindomitra.co.id mungkin sudah tidak sesuai/tidak relevan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.

Kami sarankan Anda untuk mengecek kembali dasar hukum yang digunakan di dalam artikel jawaban Konsultasi tri.pratamaindomitra.co.id untuk memastikan peraturan perundang-undangan yang digunakan masih berlaku.