Ringkasan Jawaban
Pembahasan Lengkap
Dalam menyongsong implementasi IFRS S1 dan IFRS S2 yang saat ini sedang dalam proses adopsi menjadi Pernyataan Standar Pengungkapan Keberlanjutan (PSPK) oleh Dewan Standar Keberlanjutan (DSK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), perusahaan yang selama ini merujuk pada GRI Standards perlu kiranya memahami perbedaan pendekatan antara kedua standar tersebut. Sebagai informasi, GRI dan ISSB (IFRS S1 & S2) masing-masing mengusung dua perspektif materialitas:
- GRI Standards menekankan pada materialitas dampak (Impact Materiality), yaitu bagaimana aktivitas perusahaan berdampak terhadap masyarakat, ekonomi, dan lingkungan hidup, termasuk pelanggaran atau perlindungan hak asasi manusia. Pendekatan ini sering digambarkan sebagai inside-out, yaitu dari dalam perusahaan ke luar: bagaimana aktivitas bisnis memengaruhi dunia luar.
- IFRS S1 dan S2 menekankan pada materialitas keuangan (Financial Materiality), yaitu bagaimana isu keberlanjutan dapat menimbulkan risiko atau peluang yang berdampak terhadap prospek keuangan perusahaan. Pendekatan ini sering diasosiasikan dengan outside-in, meskipun menurut IFRS sendiri, penyebutan ini tidak sepenuhnya akurat. IFRS juga memperhitungkan dampak aktivitas perusahaan terhadap sumber daya dan hubungan (termasuk manusia dan lingkungan), selama hal itu memengaruhi kelangsungan ekonomi entitas.
Dengan demikian, daripada mempertentangkan kedua standar tersebut, perusahaan disarankan untuk mulai yakni menggabungkan kedua sudut pandang tersebut. Langkah ini memungkinkan pelaporan menjadi lebih holistik dan relevan, baik bagi investor maupun masyarakat luas. Lalu, untuk mengikuti perkembangan tersebut, apa yang perlu dipersiapkan perusahaan?
Pertama, pemetaan dan harmonisasi standar. Perusahaan Bapak perlu mengidentifikasi bagian-bagian laporan GRI yang sudah sesuai dengan elemen dalam IFRS S1 dan S2, serta petakan gap pengungkapan, khususnya terkait risiko keuangan, strategi iklim, dan target yang terukur.
Kedua, penyesuaian struktur laporan. Implementasi IFRS S1 & S2 nantinya akan menuntut perusahaan agar menerapkan struktur pelaporan yang mengacu pada empat elemen TCFD: Governance, Strategy, Risk Management, dan Metrics and Targets. Perusahaan perlu menyesuaikan struktur pelaporan keberlanjutannya agar memuat narasi berbasis dampak (GRI) maupun informasi yang relevan untuk analisis risiko dan prospek (ISSB).
Standar GRI 2021 | IFRS |
Standar Universal – Tata Kelola
• Pengungkapan 2-9: Struktur dan komposisi tata kelola • Pengungkapan 2-12: Peran badan tata kelola tertinggi dalam mengawasi manajemen dampak • Pengungkapan 2-17: Pengetahuan kolektif badan tata kelola tertinggi • Pengungkapan 2-18: Evaluasi kinerja badan tata kelola tertinggi |
IFRS S1 Tata Kelola
• Badan tata kelola untuk keberlanjutan • Tanggung jawab badan tata kelola terkait keberlanjutan • Kemampuan dan kompetensi terkait keberlanjutan • Capaian target dan bagaimana pencapaian target terhubung dengan remunerasi |
Standar Universal – Strategi, Kebijakan, dan Praktik
• Pengungkapan 2-22: Pernyataan tentang strategi pembangunan berkelanjutan • Pengungkapan 2-23: Komitmen kebijakan • Pengungkapan 2-24: Menanamkan komitmen kebijakan • Pengungkapan 2-25: Proses untuk memperbaiki dampak negatif |
IFRS S1 Strategi
• Strategi dan pengambilan keputusan terkait keberlanjutan • Dampak keberlanjutan terhadap model bisnis, rantai nilai, posisi keuangan, kinerja keuangan, arus kas untuk saat ini dan masa mendatang (antisipasi) dalam jangka pendek, menengah, dan panjang • Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap ketidakpastian (resilience) |
Standar Universal – Topik Material
• Pengungkapan 3-1: Proses untuk menentukan topik material • Pengungkapan 3-2: Daftar topik material • Pengungkapan 3-3: Manajemen topik material |
IFRS S1 Manajemen Risiko
• Proses manajemen risiko terkait risiko dan peluang keberlanjutan yang terintegrasi dalam proses manajemen risiko secara keseluruhan • Analisis skenario (resilience assessment) • Potensi dan skala risiko keberlanjutan • Proses untuk mengidentifikasi, mengukur, melakukan prioritisasi, dan mengawasi risiko keberlanjutan |
GRI 305 – Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
• Pengungkapan 305-1: Emisi GRK (Cakupan 1) langsung • Pengungkapan 305-2: Emisi energi GRK (Cakupan 2) tidak langsung • Pengungkapan 305-3: Emisi GRK (Cakupan 3) tidak langsung lainnya • Pengungkapan 305-4: Intensitas emisi GRK • Pengungkapan 305-5: Pengurangan emisi GRK • Pengungkapan 305-6: Emisi zat perusak ozon (ODS) • Pengungkapan 305-7: Nitrogen oksida (NOx), belerang oksida (SOx), dan emisi udara signifikan lainnya |
IFRS S2 Metrik dan Target
• Metrik terkait emisi GRK yang disyaratkan oleh IFRS (misalnya, dalam IFRS S2 yang terkait iklim) |
Sumber : PWC 2023
Ketiga, penguatan sistem dan data ESG. Untuk memastikan keandalan data yang akan diungkap dalam laporan, perlu ada sistem manajemen data ESG yang terintegrasi, terotomatisasi, dan siap diverifikasi.
Keempat, peningkatan kapasitas SDM. Perusahaan perlu memberikan pelatihan teknis yang diperlukan kepada tim pelaporan, manajemen risiko, serta keuangan agar mereka memahami konten dan logika pelaporan berbasis IFRS.
Demikian penjelasan dari kami. Semoga dapat memberikan pemahaman bagi Bapak Ferjie dalam mempersiapkan perusahaan Bapak sehubungan dengan implementasi IFRS S1 & S2 di Indonesia.